0
Hot
    Responsive Ads
    Home Tekno

    Kecerdasan Buatan Ubah Lanskap Keamanan Siber Jadi Lebih Kompleks

    1 min read

    Kecerdasan buatan atau AI kini menjadi elemen krusial yang mengubah lanskap keamanan siber global. Teknologi ini berfungsi layaknya pedang bermata dua. Di satu sisi, AI memperkuat pertahanan sistem digital, namun di sisi lain, ia menjadi senjata ampuh bagi para peretas untuk melancarkan serangan yang lebih canggih serta sulit terdeteksi. Akamai, sebuah perusahaan teknologi keamanan siber, menyoroti bagaimana pemanfaatan AI oleh dua kubu yang berlawanan ini menciptakan perlombaan senjata baru di dunia digital.

    Donny Tantowi selaku Country Manager Akamai Indonesia menjelaskan fenomena ini. Ia menekankan bahwa AI tidak lagi sekadar alat bantu, melainkan telah menjadi inti dari strategi serangan maupun pertahanan.

    "AI menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi membantu para penyerang untuk melakukan serangan yang lebih canggih. Di sisi lain juga membantu para defender untuk melindungi sistem mereka."

    Dari sisi pertahanan, AI memberikan kemampuan luar biasa bagi tim keamanan. Teknologi ini mampu memproses serta menganalisis data dalam volume yang sangat besar, jauh melebihi kapasitas manusia. Dengan kecepatan tinggi, AI bisa mengidentifikasi pola ancaman mencurigakan, bahkan yang sebelumnya tidak terdeteksi oleh sistem konvensional. Kemampuan prediktifnya memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi serangan sebelum benar-benar terjadi serta merespons insiden secara otomatis dengan kecepatan yang tak tertandingi.

    "AI bisa menganalisis data dalam volume besar dengan cepat serta mendeteksi ancaman yang mungkin tidak terlihat oleh analisis manusia."

    Akan tetapi, para aktor jahat juga tidak tinggal diam. Mereka memanfaatkan AI untuk meningkatkan efektivitas serangan mereka. Serangan phishing yang dulunya mudah dikenali dari kesalahan tata bahasa kini menjadi sangat meyakinkan karena AI dapat membuat pesan yang sangat personal serta persuasif. Selain itu, AI digunakan untuk mengidentifikasi celah keamanan pada sebuah sistem secara otomatis serta lebih cepat. AI juga mampu menciptakan malware yang terus berubah bentuk atau polymorphic sehingga sulit dideteksi oleh perangkat lunak antivirus tradisional.

    "Penyerang memanfaatkan AI untuk membuat serangan phishing yang lebih persuasif, personal. Mereka juga bisa menggunakannya untuk mencari celah keamanan secara otomatis."

    Di tengah persaingan pemanfaatan AI ini, elemen manusia tetap menjadi faktor penentu utama. AI hanyalah sebuah alat. Tanpa arahan serta pengawasan dari para ahli keamanan yang berpengalaman, teknologi ini tidak akan berjalan optimal. Keputusan strategis, penilaian risiko, serta penanganan insiden yang kompleks masih memerlukan intuisi serta keahlian manusia. Kolaborasi antara kecerdasan buatan serta kecerdasan manusia menjadi kunci untuk membangun benteng pertahanan siber yang kokoh.

    "Meski AI sangat kuat, elemen manusia tetap krusial. AI adalah alat bantu. Keputusan akhir serta strategi keamanan tetap berada di tangan ahli keamanan."

    Komentar
    Additional JS